Aku harus kembali
Kembali ke rumah Alloh
Kembali dalam lindungan dan kasih sayang Alloh
Meramaikan bumi dan langit dengan sujud demi sujud
Ruku' demi ruku'menghiasi dengan lantunan dzikir
dan amal-amal shalih yang semuanya
membuka pintu-pintu langit
Aku harus kembali
Kembali seperti salafus shalih
yang memakmurkan bumi dengan
sujud dan ruku'nya
Yang memperindah alam melalui
untaian dzikir-dzikirnya
Peka terhadap gerakan alam
Ditangisi kepergiannya oleh alam
Aku tidak ingin menjadi orang dalam Q.Al Ankabut: 40
"Maka masing-masing mereka itu Kami siksa disebabkan dosanya.
Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil.
Dan ada diantara mereka ada yang timpa suara keras yang mengguntur.
Dan diantara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan.
Dan Alloh sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
Aku harus segera kembali
sebelum titik akhirku di dunia tiba
Kembali ke Rumah Allah
Kasih Ibu
Ini adalah mengenai nilai kasih ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan secarik kertas yang bertuliskan sesuatu. Si Ibu segera membersihkan tangan lalu menerima kertas yang diberikan oleh si Anak dan membacanya.”Ongkos upah membantu ibu:
1. Membantu pergi ke warung : Rp. 20.000
2. Menjaga adik: Rp. 20.000
3. Membuang sampah: Rp. 5.000
4. Membereskan tempat tidur: Rp. 10.000
5. Menyiram tanaman: Rp. 15.000
6. Menyapu halaman: Rp. 15.000
Total: Rp. 85.000
” Selesai membaca, si Ibu tersenyum memandang si Anak yang raut wajahnya mulai berbinar. Si Ibu lalu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.“
1. Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2. Ongkos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3. Ongkos airmata yang menetes karenamu: GRATIS
4. Ongkos khawatir karena selalu memikirkan keadaanmu: GRATIS
5. Ongkos menyediakan makan, minum, pakaian & keperluanmu: GRATIS
Total keseluruhan Nilai Kasihku GRATIS”
Airmata si Anak berlinang setelah membaca. Si Anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Aku sayang ibu” . Kemudian si Anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: “TELAH DIBAYAR”
I Miss U Mom….
Ibu Tercinta
Hari ini dapat kiriman dari teman, sebuah kisah yang cukup membuat bulu kuduk saya merinding. Kisah yang sangat menyeramkan yaitu mengenai seorang anak yang saya anggap amat sangat durhaka kepada ibunya.
Semoga ini semua hanya sebuah kisah saja, dan apabila ini adalah sebuah kisah yang mungkin nyata, semoga saja anda bukan termasuk orang yang ada dalam kisah ini. Selamat membaca dan semoga dapat mengambil pelajaran darinya.
Ibuku hanya punya satu mata, aku benci dia… dia begitu memalukanku. Dia memasak untuk murid dan guru guna mencukupi kebutuhan keluargaku. Suatu hari saat aku di sekolah dasar, ibu mendatangiku dan mengucap salam padaku, aku begitu malu saat itu, bagaimana dia bisa melakukan itu padaku di depan teman-temanku?! Aku abaikan dia dan melemparkan pandangan benci padanya sambil berlari. Esok harinya, salah seorang teman kelasku mengejekku dengan mengatakan ” Eeee, ibumu hanya punya satu mata…! ” Aku malu sekali dan ingin mati rasanya, aku juga ingin ibuku pergi dari kehidupanku. Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan kukatakan padanya kalau ibu hanya jadi sumber bahan tertawaaan teman-temanku, mengapa ibu tak mati sa ! Ibu tak menjawab … !!!
Aku sama sekali tak mau berpikir tentang apa yang kukatakan , karena aku sangat marah padanya, aku tak perdulikan apapun perasaan dia, aku ingin keluar dari rumah itu … !! jadi aku belajar dengan keras agar aku mendapat kesempatan belajar di luar negeri, kemudian aku menikah, ku beli rumah. Aku punya anak dan aku hidup bahagia.
Suatu waktu ibu mengunjungiku. Dia bertahun-tahun tak melihatku dan bahkan belum pernah bertemu cucu-cucunya. Ketika ibu berdiri di depan pintu, anak-anakku mentertawakannya. Aku berteriak padanya ” Betapa beraninya kamu datang kerumahku, dan menakut-nakuti anakku. PERGI DARI SINI SEKARANG !! ” Ibuku menjawab perlahan ” Maaf… saya salah alamat “. Dan diapun pergi.
Suatu waktu, ada undangan reuni di kirimkan ke rumahku, jadi aku berbohong pada istriku, ku katakan bahwa aku ada tugas ke luar kota. Usai reuni, aku mampir kekampungku untuk sekedar rasa ingin tahu. Salah seorang tetanggaku mengatakan bahwa ibuku telah meninggal dunia. Aku tak terharu atau meneteskan air mata … ! Tetanggaku itu menyerahkan sepucuk surat dari ibu untukku.
Anakku tersayang, aku memikirkanmu setiap waktu. Maafkan aku datang ke rumahmu dan membuat takut anak-anakmu. Aku sanga gembira ketika ku dengar kau akan datang ke reuni, tapi sayangnya aku tak bisa bangkit dari tempat tidur untuk melihatmu. Maafkan aku yang membuat malu saat kita masih bersama. Ketahuilah anakku…. ketika kau masih kecil, kau mengalami kecelakaan yang membuatmu kehilangan matamu. sebagai ibu, aku tak bisa berdiam diri membiarkanmu tumbuh dengan satu mata saja, jadi aku berikan satu mataku padamu. Aku sangat bangga pada anakku yang telah memperlihatkanku dunia baru untukku di tempatku, dengan mata itu.Bersama Cintaku …. Ibumu ….
Jihad
Akhir-akhir ini, muncul berbagai statemen seputar jihad yang disampai kan oleh segelintir orang yang tidak memiliki pandangan yang jernih, dan ilmu yang memadai. Sebagian dari mereka ada yang bersikap ekstrim dalam hal jihad. Mereka berbicara tentang jihad dengan tanpa bashirah, tanpa ilmu, dan tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan syari’at.
Sementara itu di sisi lain ada yang bersikap dingin dan menganggap remeh jihad, sehingga ada yang menyifati jihad sebagai tindakan pemaksaan dalam memeluk agama. Padahal Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (QS. Al-Baqarah:256)
Maka masalah besar ini perlu untuk mendapatkan perhatian dan perlu dijelaskan kepada ummat supaya semuanya menjadi terang.
Umat Terdahulu dan Jihad
Jihad merupakan kewajiban yang telah dilakukan oleh ummat-ummat terdahulu sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Musa misalnya, telah berjihad bersama Bani Israil (periksa, QS. al-Maidah:21).
Demikian pula halnya kaum-kaum sepeninggal nabi Musa, mereka pun disyari’atkan untuk berjihad, seperti yang dilakukan Raja Thalut, Nabi Dawud, dan Nabi Sulaiman ketika mendakwahi Ratu Bilqis.
Allah subhanahu wata’ala mensyari'atkan jihad, sebagai ganti dari hukuman kontan yang berakibat pada kehancuran secara total. Maka berlakulah jihad itu sebagai sunnah para nabi semenjak dahulu, hingga diutusnya Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan tujuan untuk meninggikan kalimat Allah subhanahu wata’ala dan menghilangkan kemusyrikan dan kekufuran.
Makna dan Macam Jihad
Jihad secara bahasa artinya berjuang atau bersungguh-sungguh. Maksudnya adalah mencurahkan kesungguhan dalam rangka taat kepada Allah subhanahu wata’ala dan beribadah kepada-Nya, termasuk di dalamnya berjuang menghadapi orang-orang kafir. Jihad ada beberapa macam, seorang muslim senantiasa berjihad dengan melaksanakan salah satu dari macam jihad tersebut, yaitu:
1. Jihad an-Nafs
Yaitu memerangi diri sendiri agar senantiasa taat kepada Allah subhanahu wata’ala, menyuruh diri sendiri agar menjalan kan ketaatan itu, membiasakannya, serta melarang diri dari bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala dan mencegah darinya. Jihad terhadap diri sendiri berlaku sepanjang hidup. Barangsiapa yang tidak bisa menghadapi diri sendiri, maka ia tidak akan dapat menghadapi orang lain. Nafsu senantiasa memerintahkan kepada keburukan, kecuali nafsu yang mendapatkan rahmat. Maka nafsu itu harus diperangi agar terbiasa dengan ketaatan, sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tahapan jihad yang lainnya.
2. Jihad Melawan Syetan
Jika seseorang telah berhasil melawan diri sendiri, maka selanjutnya dia harus berjuang melawan syetan. Yaitu musuh yang senantiasa datang menggoda dari segenap penjuru arah, kiri, kanan, depan, dan belakang. Syetan selalu menghiasi perbuatan buruk dan menanamkan was-was, mengajak kepada kekufuran, kemusyrikan, dan kemaksiatan. Memerangi syetan dengan cara tidak menjalankan keburukan yang dia bisikkan serta menjalankan apa yang dia larang. Syetan menyuruh kita agar meningggalkan ibadah dan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala, syetan menyuruh kita agar bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, maka kita jangan mengikuti perintahnya.
3. Jihad Melawan Ahli Maksiat
Yaitu menghadapi orang mukmin yang banyak melakukan kemaksiatan dan penyimpangan, yakni dengan amar ma'ruf (menyuruh kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran). Amar ma'ruf nahi munkar merupakan salah satu jenis jihad, namun ini dilakukan sesuai kemampuan orang per orang.
4. Jihad terhadap Orang Munafiq
Orang munafik yaitu orang yang menampakkan keislaman dan keimanan tetapi menyembunyikan kekufuran kepada Allah subhanahu wata’ala. Dari mereka kaum muslimin sering mendapati perlakuan dan sikap yang menyakitkan, ucapan yang buruk, dan syubhat (kerancuan). Sehingga dibutuhkan jihad untuk merontokkan syubhat mereka, menjawab ucapan mereka yang mengada-ada (bid’ah), dan menjelaskan kekeliruan mereka. Orang-orang munafik ini terkadang memiliki retorika yang mengagumkan, terkadang memiliki ilmu komunikasi yang bagus (logika/mantiq, filsafat dan ilmu kalam). Mereka memusuhi orang mukmin dan menyebarkan keburukan, dengan ucapan maupun tulisan, atau dengan mengadu domba dan menanamkan permusuhan di tengah kaum muslimin.
Maka wajib untuk waspada terhadap mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka.” (QS. al-Munafiqun:4)
5. Jihad terhadap Orang Kafir
Yaitu dengan mengangkat senjata, menghadapi mereka dalam “front” pertempuran, berperang di jalan Allah subhanahu wata’ala. Tetapi kewajiban ini dilaksanakan dengan cara bertahap, sebagaimana dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masih berada di Makkah, kaum muslimin justru dilarang untuk berjihad dan diperintahkan untuk menahan diri dan terus berdakwah menyampaikan ajaran Islam.
Pembagian Jihad fi Sabilillah
Pertama; Jihad Fardhu ‘Ain; Yakni wajib atas setiap muslim yang mampu untuk berjihad, seperti dalam peperangan untuk membela diri dan mempertahankan negri kaum muslimin. Di antara kondisi jihad yang hukumnya fardhu ‘ain adalah:
1. Jika kaum muslimin diserang oleh musuh di dalam negeri mereka, maka mereka harus melawan, sehingga wajib bagi siapa saja dari penduduk negri yang mampu berperang untuk membela diri, menjaga kehormatan dan mempertahankan negri yang diserang tersebut.
2. Apabila Imam menyuruh untuk berjihad, maka hukum jihad adalah fardhu ain bagi setiap muslim yang mampu.
3. Apabila telah siap berperang dan dua pasukan sudah berhadapan, maka tidak boleh mundur atau lari, jika memiliki kekuatan yang mencukupi. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).” (QS. al-Anfal:15)
2. Ke dua; Jihad Fardhu Kifayah; Yakni jihad dalam rangka berdakwah kepada orang kafir, untuk memberikan kemaslahatan, melepaskan manusia dari kemusyrikan dan kekufuran, menyelamatkan mereka dari neraka, dan meninggikan kalimat Allah subhanahu wata’ala, sama sekali bukan karena tamak untuk menguasai negri mereka. Kepada mereka ditawarkan Islam, atau perjanjian damai, dan jika tidak mau maka berarti mereka memilih jalan terakhir yakni berperang, sehingga wajib bagi kaum muslimin menghadapi mereka. Jika kewajiban dakwah ini telah dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang memiliki kemampuan maka gugurlah kewajiban yang lain.
Seruan Jihad Wewenang Imam
Yang berhak menyerukan jihad dan mengaturnya adalah imam kaum muslimin. Imam lah yang mempunyai wewenang menegakkan jihad, mengatur tentara dan pasukan, mengomando sendiri atau mengangkat orang untuk menjadi panglima. Tidak boleh setiap muslim melakukan jihad sendiri-sendiri tanpa izin dari imam kecuali dalam kondisi diserang musuh, karena mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang membahayakan.
Seluruh kaum muslimin harus di bawah satu imam dan satu komando, tidak boleh berpecah-belah, karena mereka adalah ummat yang satu. Jika dalam masalah ikhtilaf (perbedaan pendapat) tidak boleh menyebabkan berpecah-belah, maka bagaimana pula dalam jihad, yang urusannya jauh lebih besar?
Mengenai alasan mengapa tidak setiap muslim boleh mengumandang kan jihad, di antaranya adalah karena jihad bukan urusan yang ringan, tetapi masalah besar dan penting yang butuh penyatuan pendapat, butuh kekuatan, penataan dan strategi, serta butuh persiapan yang besar.
Demikian beberapa masalah seputar jihad. Yang patut dicatat adalah bahwa tujuan jihad itu sangat luhur, yakni agar manusia hanya beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun, selaras dengan tujuan dakwah para rasul. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu". (QS. an-Nahl:36). Juga firman-Nya, artinya,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. al-Anbiya:25)
Kemudian tak kalah penting adalah hendaknya diperhatikan betul hukum-hukumnya, adab-adabnya, syarat-syarat dan ketentuannya dengan merujuk kepada para ulama. Dengan demikian maka jihad yang dilakukan adalah jihad syar'i yang bermanfaat bagi umat, bukan jihad asal-asalan, jihad prematur, jihad tanpa bashirah dan ilmu.
Setelah kita mengetahui beberapa penjelasan tentang jihad sebagaimana di atas, maka sangat jelas bahwa apa yang dilakukan oleh sekelompok orang berupa aksi pengeboman, penculikan, pebunuhan dan semisalnya adalah sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan jihad yang di atur dalam Islam, meskipun mereka mengklaim itu sebagai bagian dari jihad. Sebab Islam sangat melarang keras perbuatan yang menyebabkan kerusakan di muka bumi dan pembunuhan terhadap orang-orang yang terjaga darahnya, tanpa alasan yang haq.
Jika terhadap binatang Islam mengajarkan umatnya untuk berlaku ihsan, maka bagaimana pula halnya terhadap manusia?
Oh Bunda
Kubuka album biru
Penuh peluh dan kusam
Kupandangi semua gambar diri
Kecil,bersih,belum ternodai
Pkirkupun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku
Kata mereka
Diriku selalu dimanja
Kata mereka
Diriku selalu ditimang
Oh Bundaaaa
Oh Bundaaaa
Ada dan tiada dirimu kan selalu
Ada di dalam hatiku
Tangan halus dan suci
Telah menyentuh tubuhku
Jiwa raga dan seluruh hidup
Telah dia berikan
Sahabatku
Setahun yang lalu
Kau masih bersamaku
Bersuka dalam dukaku
Gembira dalam tangisanku
Kini engkau telah berlalu
Hilang lenyap dari hidupku
Kini engkau telah menjadi
Sahabat orang lain
Yang memisahkan
Persahabatan Kita
BERDUA ADALAH WAKTU
Tapi percayalah sahabatku
Kau tetap sahabatku
Akan kunantikan kau bersamaku lagi
Tak peduli sampai Kapanpun aku menunggu